Jumat, 03 Juni 2011

Teknik Budidaya Panili



Syarat tumbuh :
          Curah hujan 1500 - 3000 mm / thn
          Tinggi tempat 400 - 800 m dpl
          Temperatur 15 – 270C
          Bulan basah 9 – 10 bulan/thn
          Bulan kering 2 – 3 bln/thn
          Struktur tanah gembur
          Drainase baik
          pH tanah 5.5 – 6.5 (optimal 5.8)


Persiapan Lahan
          Menanam pohon pelindung sebagai pohon panjat, syarat pohon pelindung ; tumbuh cepat,       daun tidak terlalu rindang, perakaran dalam dan kuat (dadap, cebreng, jarak, lamtoro dan suren)
          Jarak tanam pohon pelindung 1.5 m x 1.5 m (4500 phn/ha)
          Pengolahan lahan, tanah dibuat berjalur, lebar 800 cm, jarak antara jalur 50 cm, dalam jalur dibuatkan lubang dengan jarak 1.5 m
          Pemberian pupuk kandang, setiap lubang diberikan sebanyak 10 – 15 kg


Penyediaan bibit
Perbanyakan bibit secara vegetatif.  Bahan Stek dipilih dari bagian ruas batang yang belum berbuah dari pohon yang pernah berbuah.

Syarat bahan stek yang baik :
-      Bukunya rapat
-      Umur kurang dari satu tahun
-      Tumbuh subur, sehat, kuat dan bebas dari Hama penyakit
-      Panjang stek sekurang-kurangnya 5 – 7 buku/ ruas.



Tanaman Panili


Penanaman

-      Daun bagian pangkal stek sekitar 3 ruas dibuang karena bagian tersebut akan dibenamkan kedalam tanah
-      Dibuatkan lubang tanam untuk menanam stek kedalam tanah
-      Stek dibenamkan kedalam tanah sekitar 30 – 40 cm  atau 2 – 3 ruas.  Penanaman batang stek dilakukan sekitar 30 cm dari pohon pelindung.
-      Jarak tanam dalam barisan 1.5 x 1.5 m, dan antara barisan 1.5 – 3 m.
-      Batang ruas stek bagian atas diikatkan menempel pada pohon pelindung/ panjat
-      Usahakan tanah jangan sampai kering untuk memudahkan akar mulai tumbuh


Pemeliharaan
a.       Penyulaman dapat dilakukan setelah tanaman dalam 2 minggu tidak terlihat pertumbuhan akarnya atau mati
b.      Penggemburan tanah.  Tanah harus selalu gembur dan hindari tanah disekitar tanaman mengering karena tanaman vanili sangat peka terhadap kekeringan (tidak tahan)


c.       Pemupukan dilakukan setelah tanaman berumur 6 bulan setelah tanam/ sebelum musim penghujan perlu dilakukan pemupukan
d.      Pemberian pupuk kandang dilakukan setiap tahunnya dengan dosis 10 -20 kg per pohon, terutama dilakukan pada tanaman yang baru/ selesai dipanen dianjurkan dosisnya ditingkatkan sedikit
e.      Dosis pupuk buatan : Urea 4 g/phn, SP-36 1.5 g/ phn dan 6.5 g/phn KCl per tahun yang diberikan pada awal dan akhir musim hujan.



Penyerbukan Bunga Vanili

  1. Tanaman panili berbunga pada umur 12 – 18 bulan setelah tanam.
  2. Tanaman panili berbunga pada bulan juli – september setelah dilakukan penyetekan pada bulan juni
  3. Penyerbukan bunga panili dilakukan dnegan bantuan manusia (hand polination)
  4. Penyerbukan akan berhasil jika dalam keadaan cerah / udara kering
  5. Satu tandan bu8nga terdiri dari 10 – 20 kuntum bunga

Cara Penyerbukan Bantuan (Hand Polination)

  1. Penyerbukan dengan menggunakan alat sebilah jarum/pinset/ lidi dengan panjang 15 cm
  2. Bunga dipegang dengan tangan kiri sehingga kedua mahkota paling belakang berada diantara jari tengah dan jari telunjuk
  3. Dengan alat bantu lapisan labilum dirobek, kemudian tutup[nya dibuka dan diangkat hingga benangsari terlihat kemudian diamil dan diletakkan pada kepala putik (agak ditekan)
  4. Apabila penyerbukan berhasil, setelah 2 – 3 hari daun bunga akan jatuh
  5. Waktu yang tepat untuk melakukan penyerbukan sebaiknya sekitar pukul 07.00 hingga 12.00 atau sore hari saat hari cerah

Pemungutan hasil
                Tanda buah panili masak yaitu :
a.       Warna buah mulai berubah dari hijau tua menjadi hijau muda suram
b.      Pada kulit buah terdapat garis-garis berwarna kuning
c.       Ujung buah menjadi kuning dan buah agak lurus berisi
d.      Lamanya sekitar 6 – 8 bulan setelah penyerbukan
e.      Panili yang sudah tua biasanya berukuran 15 – 23 cm (panjang)
f.        Cara pemungutan buah panili adalah dengan dipetik diputar satu persatu dari tandannya
g.       Kegiatan panen dapat berlangsung selama 2 – 3 bulan

Rabu, 09 Maret 2011

KomPos

KOMPOS

Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik (Modifikasi dari J.H. Crawford, 2003). Sedangkan pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi. Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi membuat campuran bahan yang seimbang, pemberian air yang cukup, mengaturan aerasi, dan penambahan aktivator pengomposan.

Sampah terdiri dari dua bagian, yaitu bagian organik dan anorganik. Rata-rata persentase bahan organik sampah mencapai ±80%, sehingga pengomposan merupakan alternatif penanganan yang sesuai. Kompos sangat berpotensi untuk dikembangkan mengingat semakin tingginya jumlah sampah organik yang dibuang ke tempat pembuangan akhir dan menyebabkan terjadinya polusi bau dan lepasnya gas metana ke udara. DKI Jakarta menghasilkan 6000 ton sampah setiap harinya, di mana sekitar 65%-nya adalah sampah organik. Dan dari jumlah tersebut, 1400 ton dihasilkan oleh seluruh pasar yang ada di Jakarta, di mana 95%-nya adalah sampah organik. Melihat besarnya sampah organik yang dihasilkan oleh masyarakat, terlihat potensi untuk mengolah sampah organik menjadi pupuk organik demi kelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat (Rohendi, 2005).

Tanam Jajar Legowo

PENDAHULUAN
      Padi merupakan tanaman pangan utama penduduk Indonesia, sebagian besar ditanam di lahan sawah. Kendala produktivitas lahan sawah diantaranya akibat serangan hama, penyakit dan gulma. Perkembangan pengganggu tanaman ini sering didukung oleh cara tanam yang sebenarnya masih bisa diperbaiki.
LEGOWO
      Legowo adalah cara tanam padi sawah yang memiliki beberapa barisan tanaman kemudian diselingi oleh 1 baris kosong dimana jarak tanam pada barisan pinggir ½ kali jarak tanaman pada baris tengah.
      Cara tanam jajar legowo untuk padi sawah secara umum bisa dilakukan dengan berbagai tipe yaitu: legowo (2:1), (3:1), (4:1), (5:1), (6:1) atau tipe lainnya. Namun dari hasil penelitian, tipe terbaik untuk mendapatkan produksi gabah tertinggi dicapai oleh legowo 4:1, dan untuk mendapat bulir gabah berkualitas benih dicapai oleh legowo 2:1.
      Pengertian jajar legowo 4 : 1 adalah cara tanam yang memiliki 4 barisan kemudian diselingi oleh 1 barisan kosong dimana pada setiap baris pinggir mempunyai jarak tanam >2 kali jarak tanam pada barisan tengah. Dengan demikian, jarak tanam pada tipe legowo 4 : 1 adalah 20 cm (antar barisan dan pada barisan tengah) x 10 cm (barisan pinggir) x 40 cm (barisan kosong).
      Pengertian jajar legowo 2 : 1 adalah cara tanam yang memiliki 2 barisan kemudian diselingi oleh 1 barisan kosong dimana pada setiap baris pinggir mempunyai jarak tanam 1/2 kali jarak tanam antar barisan. Dengan demikian, jarak tanam pada tipe legowo 2 : 1 adalah 20 cm (antar barisan) x 10 cm (barisan pinggir) x 40 cm (barisan kosong).
      Modifikasi jarak tanam pada cara tanam legowo bisa dilakukan dengan berbagai pertimbangan. Secara umum, jarak tanam yang dipakai adalah 20 cm dan bisa dimodifikasi menjadi 22,5 cm atau 25 cm sesuai pertimbangan varietas padi yang akan ditanam atau tingkat kesuburan tanahnya.
      Jarak tanam untuk padi yang sejenis dengan varietas IR-64, seperti varietas Ciherang cukup dengan jarak 20 cm, sedangkan untuk varietas padi yang punya penampilan lebih lebat dan tinggi perlu diberi jarak tanam yang lebih lebar misalnya antara 22,5 - 25 cm. Demikian juga pada tanah yang kurang subur cukup digunakan jarak tanam 20 cm, sedangkan pada tanah yang lebih subur perlu diberi jarak tanam yang lebih lebar misalnya 22,5 cm atau pada tanah yang sangat subur jarak tanamnya 25 cm. Pemilihan ukuran jarak tanam bertujuan agar mendapat hasil yang optimal.
TUJUAN LEGOWO
Tujuan cara tanam legowo adalah : 
  1. Memanfaatkan sinar matahari bagi tanaman yang berada pada bagian pinggir barisan. Semakin banyak sinar matahari yang mengenai tanaman, maka proses fotosintesis oleh daun tanaman akan semakin tinggi sehingga akan mendapatkan bobot buah yang lebih berat.
  2. Mengurangi kemungkinan serangan hama, terutama tikus. Pada lahan yang relatif terbuka, hama tikus kurang suka tinggal di dalamnya.
  3. Menekan serangan penyakit. Pada lahan yang relatif terbuka, kelembaban akan semakin berkurang, sehingga serangan penyakit juga akan berkurang.
  4. Mempermudah pelaksanaan pemupukan dan pengendalian hama / penyakit. Posisi orang yang melaksakan pemupukan dan pengendalian hama / penyakit bisa leluasa pada barisan kosong di antara 2 barisan legowo.
  5. Menambah populasi tanaman. Misal pada legowo 2 : 1, populasi tanaman akan bertambah sekitar 30 %. Bertambahnya populasi tanaman akan memberikan harapan peningkata produktivitas hasil.

legowo 2

TEKNIK PENERAPAN
  1. Pembuatan Baris Tanam
Persiapkan alat garis tanam dengan ukuran jarak tanam yang dikehendaki. Bahan untuk alat garis tanam bisa digunakan kayu atau bahan lain yang tersedia serta biaya terjangkau. Lahan sawah yang telah siap ditanami, 1-2 hari sebelumnya dilakukan pembuangan air sehingga lahan dalam keadaan macak-macak. Ratakan dan datarkan sebaik mungkin. Selanjutnya dilakukan pembentukan garis tanam yang lurus dan jelas dengan cara menarik alat garis tanam yang sudah dipersiapkan sebelumnya serta dibantu dengan tali yang dibentang dari ujung ke ujung lahan.

2.  Pemupukan

Pemupukan dilakukan dengan cara tabur. Posisi orang yang melakukan pemupukan berada pada barisan kosong di antara 2 barisan legowo. Pupuk ditabur ke kiri dan ke kanan dengan merata, sehingga 1 kali jalan dapat melalukan pemupukan 2 barisan legowo. Khusus cara pemupukan pada legowo 2 : 1 boleh dengan cara ditabur di tengah alur dalam barisan legowonya.

3. Penyiangan

Penyiangan bisa dilakukan dengan tangan atau dengan menggunakan alat siang seperti landak/gasrok. Apabila penyiangan dilakukan dengan alat siang, cukup dilakukan ke satu arah sejajar legowo dan tidak perlu dipotong seperti penyiangan pada cara tanam bujur sangkar. Sisa gulma yang tidak tersiang dengan alat siang di tengah barisan legowo bisa disiang dengan tangan, bahkan sisa gulma pada barisan pinggir legowo sebenarnya tidak perlu diambil karena dengan sendirinya akan kalah persaingan dengan pertumbuhan tanaman padi.

4. Pengendalian Hama dan Penyakit

Pada pengendalian hama dan penyakit dengan menggunakan alat semprot atau handsprayer, posisi orang berada pada barisan kosong di antara 2 barisan legowo. Penyemprotan diarahkan ke kiri dan ke kanan dengan merata, sehingga 1 kali jalan dapat melakukan penyemprotan 2 barisan legowo.