Jumat, 07 September 2012

Pengolahan Getah Karet

Karet sit asap atau Ribbed Smoked Sit (RSS)) adalah salah satu jenis produk olahan yang berasal dari lateks/getah tanaman karet Hevea brasiliensis yang diolah secara teknik mekanis dan kimiawi dengan pengeringan menggunakan rumah asap serta mutunya memenuhi standard The Green Book dan konsisten. Prinsip pengolahan jenis karet ini adalah mengubah lateks kebun menjadi lembaran-lembaran sit melalui proses penyaringan, pengenceran, pembekuan, penggilingan serta pengasapan. Beberapa faktor penting yang memengaruhi mutu akhir pada pengolahan RSS diantaranya adalah pembekuan atau koagulasi lateks, pengasapan dan pengeringan. Karet sit asap digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan ban kendaraan bermotor, khususnya jenis ban radial.

Proses Pengolahan
Penerimaan Lateks Kebun

Tahap awal dalam pengolahan karet sit asap adalah penerimaan lateks kebun dari pohon karet yang telah disadap. Lateks pada mangkuk sadap dikumpulkan dalam suatu tempat kemudian disaring untuk memisahkan kotoran serta bagian lateks yang telah mengalami prakoagulasi. Setelah proses penerimaan selesai, lateks kemudian dialirkan ke dalam bak koagulasi untuk proses pengenceran dengan air yang bertujuan untuk menyeragamkan Kadar Karet Kering (KKK).

Pengenceran

Tujuan pengenceran adalah untuk memudahkan penyaringan kotoran serta menyeragamkan kadar karet kering sehingga cara pengolahan dan mutunya dapat dijaga tetap. Pengenceran dapat dilakukan dengan penambahan air yang bersih dan tidak mengandung unsur logam, pH air antara 5.8-8.0, kesadahan air maks. 6o serta kadar bikarbonat tidak melebihi 0.03 %. Pengenceran dilakukan hingga KKK mencapai 12-15 %. Lateks dari tangki penerimaan dialirkan melalui talang dengan terlebih dahulu disaring menggunakan saringan aluminium.  Lateks yang telah dibekukan dalam bentuk lembaran-lembaran (koagulum).


Pembekuan

Pembekuan lateks dilakukan di dalam bak koagulasi dengan menambahkan zat koagulan yang bersifat asam. Pada umunya digunakan larutan asam format/asam semut atau asam asetat /asam cuka dengan konsentrasi 1-2% ke dalam lateks dengan dosis 4 ml/kg karet kering.  Jumlah tersebut dapat diperbesar jika di dalam lateks telah ditambahkan zat antikoagulan sebelumnya. Penggunaan asam semut didasarkan pada kemampuannya yang cukup baik dalam menurunkan pH lateks serta harga yang cukup terjangkau bagi kebun dan petani karet dibandingkan bahan koagulan asam lainnya. Tujuan dari penambahan asam adalah untuk menurunkan pH lateks pada titik isoelektriknya sehingga lateks akan membeku atau berkoagulasi, yaitu pada pH antara 4.5-4.7. Asam dalam hal ini ion H+ akan bereaksi dengan ion OH- pada protein dan senyawa lainnya untuk menetralkan muatan listrik sehingga terjadi koagulasi pada lateks. Penambahan larutan asam diikuti dengan pengadukan agar tercampur ke dalam lateks secara merata serta membantu mempercepat proses pembekuan. Pengadukan dilakukan dengan 6-10 kali maju dan mundur secara perlahan untuk mencegah terbentuknya gelembung udara yang dapat mempegaruhi mutu sit yang dihasilkan. Kecepatan penggumpalan dapat diatur dengan mengubah perbandingan lateks, air dan asam sehingga diperoleh hasil bekuan atau disebut juga koagulum yang bersih dan kuat. Lateks akan membeku setelah 40 menit. Proses selanjutnya ialah pemasangan plat penyekat yang berfungsi untuk membentuk koagulum dalam lembaran yang seragam.

Pengendalian PBP

Pengendalian penyakit Kresek / Bakteri Daun Bergaris ( Bacterial Leap Streak = BLS ) dan Hawar daun Bakteri ( bacterial leap blight = BLB ) serta Blas pada tanaman padi , kita dapat memilih dan menentukan penggunaan jenis pestisida yang efektif dan efisien yang mempunyai kriteria Pengendalian Ramah Lingkungan yaitu Produksi meningkat, Petani sehat dan Lingkungan terawat. Salah satu jenis pestisida yang memenuhi kriteria tersebut adalah pestisida dari bahan agen hayati bakteri antagonis corynebacterium yang mampu menghambat timbulnya gejala awal dan menekan penyebaran maupun intensitasnya penyakit tersebut.

Cara kerja dari bakteri antagonis corynebacterium adalah bersaing hidup dengan bacterial leap blight/Leap Streak/blas makin banyak corynebacterium yang hidup dengan angka titer/ kepadatan populasi 1000.000 per ml, akan mengalahkan perkembangbiakan bacterial leap blight / Leap Streak/blas dan bacterial leap blight/ Leap Streak/blas terhambat perkembangan hidupnya, sehingga tanaman padi selamat dari infeksi bakteri tersebut sehingga penyebaran penyakit dapat ditekan.

Untuk memenuhi kebutuhan agen hayati dalam jumlah yang banyak dan memenuhi syarat kualitas yang baik tanpa terkontaminasi, maka perlu perbanyakan agen hayati secara massal dengan teknik perbanyakan yang telah diterapkan melalui prosedur yang benar.


PERBANYAKAN PADA MEDIA CAIR (EKSTRAK KENTANG GULA = EKG)

Bahan-bahan :
 Isolat corynebacterium,
 Media EKG (= 300 gr kentang + 15 gr gula pasir + 1lt air) ,
 minyak sayur 1 ml,
 larutan kaliumpermangat (KMnO4) dan
 air destilasi


Alat-alat :
Airator, kapas filter, selang, botol dan jerigen.

Masukan KMnO4 (PK), kapas filter, dan air destilasi masing-masing ke dalam botol. Masukan Media EKG ke dalam fermentor (jerigen) dan inokulasikan Isolat corynebacterium, tetesi dengan minyak sayur, kemudian tutup rapat.

Hubungkan airator, botol KMnO4, botol Filter, Fermentor (jerigen Media EKG), botol air destilasi dengan selang plastik seperti pada gambar, kemudian hubungkan kabel dengan sumber listrik.
Inkubasikan bakteri dalam fermentor selama 14 hari. Dan siap untuk digunakan di pertanaman padi.

Jumat, 03 Juni 2011

Teknik Budidaya Panili



Syarat tumbuh :
          Curah hujan 1500 - 3000 mm / thn
          Tinggi tempat 400 - 800 m dpl
          Temperatur 15 – 270C
          Bulan basah 9 – 10 bulan/thn
          Bulan kering 2 – 3 bln/thn
          Struktur tanah gembur
          Drainase baik
          pH tanah 5.5 – 6.5 (optimal 5.8)


Persiapan Lahan
          Menanam pohon pelindung sebagai pohon panjat, syarat pohon pelindung ; tumbuh cepat,       daun tidak terlalu rindang, perakaran dalam dan kuat (dadap, cebreng, jarak, lamtoro dan suren)
          Jarak tanam pohon pelindung 1.5 m x 1.5 m (4500 phn/ha)
          Pengolahan lahan, tanah dibuat berjalur, lebar 800 cm, jarak antara jalur 50 cm, dalam jalur dibuatkan lubang dengan jarak 1.5 m
          Pemberian pupuk kandang, setiap lubang diberikan sebanyak 10 – 15 kg


Penyediaan bibit
Perbanyakan bibit secara vegetatif.  Bahan Stek dipilih dari bagian ruas batang yang belum berbuah dari pohon yang pernah berbuah.

Syarat bahan stek yang baik :
-      Bukunya rapat
-      Umur kurang dari satu tahun
-      Tumbuh subur, sehat, kuat dan bebas dari Hama penyakit
-      Panjang stek sekurang-kurangnya 5 – 7 buku/ ruas.



Tanaman Panili


Penanaman

-      Daun bagian pangkal stek sekitar 3 ruas dibuang karena bagian tersebut akan dibenamkan kedalam tanah
-      Dibuatkan lubang tanam untuk menanam stek kedalam tanah
-      Stek dibenamkan kedalam tanah sekitar 30 – 40 cm  atau 2 – 3 ruas.  Penanaman batang stek dilakukan sekitar 30 cm dari pohon pelindung.
-      Jarak tanam dalam barisan 1.5 x 1.5 m, dan antara barisan 1.5 – 3 m.
-      Batang ruas stek bagian atas diikatkan menempel pada pohon pelindung/ panjat
-      Usahakan tanah jangan sampai kering untuk memudahkan akar mulai tumbuh


Pemeliharaan
a.       Penyulaman dapat dilakukan setelah tanaman dalam 2 minggu tidak terlihat pertumbuhan akarnya atau mati
b.      Penggemburan tanah.  Tanah harus selalu gembur dan hindari tanah disekitar tanaman mengering karena tanaman vanili sangat peka terhadap kekeringan (tidak tahan)


c.       Pemupukan dilakukan setelah tanaman berumur 6 bulan setelah tanam/ sebelum musim penghujan perlu dilakukan pemupukan
d.      Pemberian pupuk kandang dilakukan setiap tahunnya dengan dosis 10 -20 kg per pohon, terutama dilakukan pada tanaman yang baru/ selesai dipanen dianjurkan dosisnya ditingkatkan sedikit
e.      Dosis pupuk buatan : Urea 4 g/phn, SP-36 1.5 g/ phn dan 6.5 g/phn KCl per tahun yang diberikan pada awal dan akhir musim hujan.



Penyerbukan Bunga Vanili

  1. Tanaman panili berbunga pada umur 12 – 18 bulan setelah tanam.
  2. Tanaman panili berbunga pada bulan juli – september setelah dilakukan penyetekan pada bulan juni
  3. Penyerbukan bunga panili dilakukan dnegan bantuan manusia (hand polination)
  4. Penyerbukan akan berhasil jika dalam keadaan cerah / udara kering
  5. Satu tandan bu8nga terdiri dari 10 – 20 kuntum bunga

Cara Penyerbukan Bantuan (Hand Polination)

  1. Penyerbukan dengan menggunakan alat sebilah jarum/pinset/ lidi dengan panjang 15 cm
  2. Bunga dipegang dengan tangan kiri sehingga kedua mahkota paling belakang berada diantara jari tengah dan jari telunjuk
  3. Dengan alat bantu lapisan labilum dirobek, kemudian tutup[nya dibuka dan diangkat hingga benangsari terlihat kemudian diamil dan diletakkan pada kepala putik (agak ditekan)
  4. Apabila penyerbukan berhasil, setelah 2 – 3 hari daun bunga akan jatuh
  5. Waktu yang tepat untuk melakukan penyerbukan sebaiknya sekitar pukul 07.00 hingga 12.00 atau sore hari saat hari cerah

Pemungutan hasil
                Tanda buah panili masak yaitu :
a.       Warna buah mulai berubah dari hijau tua menjadi hijau muda suram
b.      Pada kulit buah terdapat garis-garis berwarna kuning
c.       Ujung buah menjadi kuning dan buah agak lurus berisi
d.      Lamanya sekitar 6 – 8 bulan setelah penyerbukan
e.      Panili yang sudah tua biasanya berukuran 15 – 23 cm (panjang)
f.        Cara pemungutan buah panili adalah dengan dipetik diputar satu persatu dari tandannya
g.       Kegiatan panen dapat berlangsung selama 2 – 3 bulan

Rabu, 09 Maret 2011

KomPos

KOMPOS

Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik (Modifikasi dari J.H. Crawford, 2003). Sedangkan pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi. Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi membuat campuran bahan yang seimbang, pemberian air yang cukup, mengaturan aerasi, dan penambahan aktivator pengomposan.

Sampah terdiri dari dua bagian, yaitu bagian organik dan anorganik. Rata-rata persentase bahan organik sampah mencapai ±80%, sehingga pengomposan merupakan alternatif penanganan yang sesuai. Kompos sangat berpotensi untuk dikembangkan mengingat semakin tingginya jumlah sampah organik yang dibuang ke tempat pembuangan akhir dan menyebabkan terjadinya polusi bau dan lepasnya gas metana ke udara. DKI Jakarta menghasilkan 6000 ton sampah setiap harinya, di mana sekitar 65%-nya adalah sampah organik. Dan dari jumlah tersebut, 1400 ton dihasilkan oleh seluruh pasar yang ada di Jakarta, di mana 95%-nya adalah sampah organik. Melihat besarnya sampah organik yang dihasilkan oleh masyarakat, terlihat potensi untuk mengolah sampah organik menjadi pupuk organik demi kelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat (Rohendi, 2005).

Tanam Jajar Legowo

PENDAHULUAN
      Padi merupakan tanaman pangan utama penduduk Indonesia, sebagian besar ditanam di lahan sawah. Kendala produktivitas lahan sawah diantaranya akibat serangan hama, penyakit dan gulma. Perkembangan pengganggu tanaman ini sering didukung oleh cara tanam yang sebenarnya masih bisa diperbaiki.
LEGOWO
      Legowo adalah cara tanam padi sawah yang memiliki beberapa barisan tanaman kemudian diselingi oleh 1 baris kosong dimana jarak tanam pada barisan pinggir ½ kali jarak tanaman pada baris tengah.
      Cara tanam jajar legowo untuk padi sawah secara umum bisa dilakukan dengan berbagai tipe yaitu: legowo (2:1), (3:1), (4:1), (5:1), (6:1) atau tipe lainnya. Namun dari hasil penelitian, tipe terbaik untuk mendapatkan produksi gabah tertinggi dicapai oleh legowo 4:1, dan untuk mendapat bulir gabah berkualitas benih dicapai oleh legowo 2:1.
      Pengertian jajar legowo 4 : 1 adalah cara tanam yang memiliki 4 barisan kemudian diselingi oleh 1 barisan kosong dimana pada setiap baris pinggir mempunyai jarak tanam >2 kali jarak tanam pada barisan tengah. Dengan demikian, jarak tanam pada tipe legowo 4 : 1 adalah 20 cm (antar barisan dan pada barisan tengah) x 10 cm (barisan pinggir) x 40 cm (barisan kosong).
      Pengertian jajar legowo 2 : 1 adalah cara tanam yang memiliki 2 barisan kemudian diselingi oleh 1 barisan kosong dimana pada setiap baris pinggir mempunyai jarak tanam 1/2 kali jarak tanam antar barisan. Dengan demikian, jarak tanam pada tipe legowo 2 : 1 adalah 20 cm (antar barisan) x 10 cm (barisan pinggir) x 40 cm (barisan kosong).
      Modifikasi jarak tanam pada cara tanam legowo bisa dilakukan dengan berbagai pertimbangan. Secara umum, jarak tanam yang dipakai adalah 20 cm dan bisa dimodifikasi menjadi 22,5 cm atau 25 cm sesuai pertimbangan varietas padi yang akan ditanam atau tingkat kesuburan tanahnya.
      Jarak tanam untuk padi yang sejenis dengan varietas IR-64, seperti varietas Ciherang cukup dengan jarak 20 cm, sedangkan untuk varietas padi yang punya penampilan lebih lebat dan tinggi perlu diberi jarak tanam yang lebih lebar misalnya antara 22,5 - 25 cm. Demikian juga pada tanah yang kurang subur cukup digunakan jarak tanam 20 cm, sedangkan pada tanah yang lebih subur perlu diberi jarak tanam yang lebih lebar misalnya 22,5 cm atau pada tanah yang sangat subur jarak tanamnya 25 cm. Pemilihan ukuran jarak tanam bertujuan agar mendapat hasil yang optimal.
TUJUAN LEGOWO
Tujuan cara tanam legowo adalah : 
  1. Memanfaatkan sinar matahari bagi tanaman yang berada pada bagian pinggir barisan. Semakin banyak sinar matahari yang mengenai tanaman, maka proses fotosintesis oleh daun tanaman akan semakin tinggi sehingga akan mendapatkan bobot buah yang lebih berat.
  2. Mengurangi kemungkinan serangan hama, terutama tikus. Pada lahan yang relatif terbuka, hama tikus kurang suka tinggal di dalamnya.
  3. Menekan serangan penyakit. Pada lahan yang relatif terbuka, kelembaban akan semakin berkurang, sehingga serangan penyakit juga akan berkurang.
  4. Mempermudah pelaksanaan pemupukan dan pengendalian hama / penyakit. Posisi orang yang melaksakan pemupukan dan pengendalian hama / penyakit bisa leluasa pada barisan kosong di antara 2 barisan legowo.
  5. Menambah populasi tanaman. Misal pada legowo 2 : 1, populasi tanaman akan bertambah sekitar 30 %. Bertambahnya populasi tanaman akan memberikan harapan peningkata produktivitas hasil.

legowo 2

TEKNIK PENERAPAN
  1. Pembuatan Baris Tanam
Persiapkan alat garis tanam dengan ukuran jarak tanam yang dikehendaki. Bahan untuk alat garis tanam bisa digunakan kayu atau bahan lain yang tersedia serta biaya terjangkau. Lahan sawah yang telah siap ditanami, 1-2 hari sebelumnya dilakukan pembuangan air sehingga lahan dalam keadaan macak-macak. Ratakan dan datarkan sebaik mungkin. Selanjutnya dilakukan pembentukan garis tanam yang lurus dan jelas dengan cara menarik alat garis tanam yang sudah dipersiapkan sebelumnya serta dibantu dengan tali yang dibentang dari ujung ke ujung lahan.

2.  Pemupukan

Pemupukan dilakukan dengan cara tabur. Posisi orang yang melakukan pemupukan berada pada barisan kosong di antara 2 barisan legowo. Pupuk ditabur ke kiri dan ke kanan dengan merata, sehingga 1 kali jalan dapat melalukan pemupukan 2 barisan legowo. Khusus cara pemupukan pada legowo 2 : 1 boleh dengan cara ditabur di tengah alur dalam barisan legowonya.

3. Penyiangan

Penyiangan bisa dilakukan dengan tangan atau dengan menggunakan alat siang seperti landak/gasrok. Apabila penyiangan dilakukan dengan alat siang, cukup dilakukan ke satu arah sejajar legowo dan tidak perlu dipotong seperti penyiangan pada cara tanam bujur sangkar. Sisa gulma yang tidak tersiang dengan alat siang di tengah barisan legowo bisa disiang dengan tangan, bahkan sisa gulma pada barisan pinggir legowo sebenarnya tidak perlu diambil karena dengan sendirinya akan kalah persaingan dengan pertumbuhan tanaman padi.

4. Pengendalian Hama dan Penyakit

Pada pengendalian hama dan penyakit dengan menggunakan alat semprot atau handsprayer, posisi orang berada pada barisan kosong di antara 2 barisan legowo. Penyemprotan diarahkan ke kiri dan ke kanan dengan merata, sehingga 1 kali jalan dapat melakukan penyemprotan 2 barisan legowo.